TENTANGKITA, JAKARTA – Ustadz Adi Hidayat memberi nasihat tentang jangan mendoakan kejelekan bagi orang lain.
Nasihat itu disampaikan Ustadz Adi Hidayat sebagai jawban dari pertanyaan jemaahnya tentang bolehkah kita mendoakan dengan yang jelek-jelek kepada orang yang menyakiti kita dan bersyukur apabila doa itu dikabulkan?
Lalu ustadz Adi Hidayat mengutip ayat dalam Al Quran Surat Ali Imran ayat 128—129. Sebelumnya ulama muda itu menjelaskan latar belakang kisah sebab turunnya ayat tersebut.
“Saya berikan gambaran kisahnya, Nabi SAW kisah di awal masa dakwah itu kedatangan satu utusan dan (mereka) mengatakan bahwa satu desa, masyarakatnya, masuk Islam. Senang Nabi, lalu orang-orang itu minta dikirim dai untuk mengajar. Dikirim oleh Nabi kurang lebih 70 orang penghafal Quran dan menguasai agama dengan baik pada masa itu.”
“Ketika sampai di distrik Bi’r Maunah tiba-tiba ternyata orang-orang (yang dikirim Nabi) itu dianiaya dan bahkan kemudian dieksekusi. Nabi mendapatkan kabar itu dari Malaikat saat shalat. Ada beberapa versi riwayatnya (tentang informasi dari Malaikat). Intinya info sampai ke Nabi.”
“Nabi mendoakan, Ya Allah tolong laknat Bani Fulan, tolong hukum mereka dan seterusnya, Itu berlangsung selama sebulan. Doanya kekerasan… keras. Tolong hukum Bani Fulan.”
Apa yang terjadi?
Menurut Ustadz Adi Hidayat, kemudian Allah turunkan Qur’an surat Ali Imran 128.
لَيْسَ لَكَ مِنَ الْأَمْرِ شَيْءٌ أَوْ يَتُوبَ عَلَيْهِمْ أَوْ يُعَذِّبَهُمْ فَإِنَّهُمْ ظَالِمُونَ
Ustadz Adi Hidayat memberikan terjemahan dari ayat tersebut sebagai berikut:
“Ya Muhammad SAW, engkau tidak punya hak untuk bisa memutuskan suatu perkara terkait dengan hukuman atau memberikan petunjuk pada seseorang yang dimaksudkan dalam menanamkan hidayahnya kecuali itu atas izin Allah SWT.”
Setelah turunnya ayat tersebut, menurut Ustadz Adi Hidayat, Nabi Muhammad mengubah doanya yang kemudian terkenal dengan sebuta Doa Qunut.
Penjelasan Ustadz Adi Hidayat itu ada di kanal YouTube Islam Itu Indah TV berjudul Jangan Berdoa Seperti Ini Ceramah Ustadz Adi Hidayat Terbaru 2021 yang diunggah pada 25 Mei 2021.
Silakan lanjut nasihat Ustadz Adi Hidayat terkait pembahasan mengenai mendoakan kejelekan untuk orang lain dengan meng-klik TAUTAN INI.
KAJI BUYA ARRAZY: Mau Bertemu Nabi di Surga? Ini Salah Satu Kunci Amalannya
PROFIL USTADZ ADI HIDAYAT (UAH)
Ustadz Adi Hidayat (UAH), seperti disebut di laman seperti disebut di laman www.quantumakhyar.com, memulai pendidikan formal di TK Pertiwi Pandeglang tahun 1989 dan lulus dengan predikat siswa terbaik. Kemudian melanjutkan pendidikan dasar di SDN Karaton 3 Pandeglang hingga kelas III dan beralih ke SDN III Pandeglang di jenjang kelas IV hingga VI.
Di dua sekolah dasar ini dia juga mendapat predikat siswa terbaik, hingga dimasukan dalam kelas unggulan yang menghimpun seluruh siswa terbaik tingkat dasar di Kabupaten Pandeglang. Dalam program ini, dia juga menjadi siswa teladan dengan peringkat pertama.
Dalam proses pendidikan dasar ini, Adi Hidayat kecil juga disekolahkan kedua orang tuanya ke Madarasah Salafiyyah Sanusiyyah Pandeglang. Pagi sekolah umum, siang hingga sore sekolah agama.
Di madrasah ini, dia juga menjadi siswa berprestasi dan didaulat sebagai penceramah cilik dalam setiap sesi wisuda santri.
Tahun 1997, dia melanjutkan pendidikan Tsanawiyyah hingga Aliyah (setingkat SMP-SMA) di Ponpes Darul Arqam Muhammadiyyah Garut.
Ponpes yang memadukan pendidikan Agama dan umum secara proporsional dan telah mencetak banyak alumni yang berkiprah di tingkat nasional dan internasional. Di Ponpes inilah ia mendapatkan bekal dasar utama dalam berbagai disiplin pengetahuan, baik umum maupun agama.
Guru utama dia, Buya KH. Miskun as-Syatibi ialah orang yang paling berpengaruh dalam menghadirkan kecintaan dia terhadap al-Qur’an dan pendalaman pengetahuan.
Selama masa pendidikan ini dia telah meraih banyak penghargaan baik di tingkat Pondok, Kabupaten Garut, bahkan Provinsi Jawa Barat, khususnya dalam hal syarah al-Qur’an.
Di tingkat II Aliyah bahkan pernah menjadi utusan termuda dalam program Daurah Tadribiyyah dari Universitas Islam Madinah di Ponpes Taruna al-Qur’an Jogjakarta.
Dia juga sering kali dilibatkan oleh pamannya KH. Rafiuddin Akhyar, pendiri Dewan Dakwah Islam Indonesia di Banten untuk terlibat dalam misi dakwah di wilayah Banten.
Ustaz Adi Hidayat lulus dengan predikat santri teladan dalam 2 bidang sekaligus (agama dan umum) serta didaulat menyampaikan makalah ilmiah “konsep ESQ dalam al-Qur’an” di hadapan tokoh pendidikan M. Yunan Yusuf.
Tahun 2003, dia mendapat undangan PMDK dari Fakultas Dirasat Islamiyyah (FDI) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta yang bekerjasama dengan Universitas al-Azhar Kairo, hingga diterima dan mendapat gelar mahasiswa terbaik dalam program ospek.
Tahun 2005, dia mendapat undangan khusus untuk melanjutkan studi di Kuliyyah Dakwah Islamiyyah Libya yang kemudian diterima, walau mesti meninggalkan program FDI dengan raihan IPK 3,98.
TENTANG PENCAIRAN KJP NOVEMBER 2021
Ngaji Buya Yahya: Keutamaan Salat Subuh dan Ashar, Dijamin Masuk Surga
STUDI DI LIBYA
Di Libya, Adi Hidayat belajar intensif berbagai disiplin ilmu baik terkait dengan al-Qur’an, hadis, fikih, usul fikih, tarikh, Lughah, dan selainnya.
Kecintaannya pada al-Qur’an dan Hadits menjadikan dia mengambil program khusus Lughah Arabiyyah wa Adabuha demi memahami kedalaman makna dua sumber syariat ini.
Selain pendidikan formal, dia juga ber-talaqqi pada masyayikh bersanad baik di Libya maupun negara yang pernah dikunjunginya.
Dia belajar al-Qur’an pada Syaikh Dukkali Muhammad al-‘Alim (muqri internasional), Syaikh Ali al-Liibiy (Imam Libya untuk Eropa), Syaikh Ali Ahmar Nigeria (riwayat warsy), Syaikh Ali Tanzania (riwayat ad-Duri).
Adi Hidayat juga belajar ilmu tajwid pada Syaikh Usamah (Libya). Adapun di antara guru tafsir dia ialah Syaikh Tanthawi Jauhari (Grand Syaikh al-Azhar) dan Dr. Bajiqni (Libya) Ilmu Hadits dia pelajari dari Dr. Shiddiq Basyr Nashr (Libya).
Dalam hal Ilmu Fiqh dan ushul Fiqh di antaranya dia pelajari dari Syaikh ar-Rabithi (mufti Libya) dan Syaikh Wahbah az-Zuhaili (Ulama Syiria).
Dia mendalami ilmu lughah melalui syaikh Abdul Lathif as-Syuwairif (pakar bahasa dunia, anggota majma’ al-lughah), Dr. Muhammad Djibran (pakar bahasa dan sastra), Dr. Abdullâh Ustha (pakar nahwu dan sharaf), Dr. Budairi al-Azhari (pakar ilmu arudh), juga masyayikh lainnya.
Adapun ilmu tarikh, dia pelajari di antaranya dari Ustaz Ammar al-Liibiy (Sejarawan Libya). Selain para masyayikh tersebut, dia juga aktif mengikuti seminar dan dialog bersama para pakar dalam forum ulama dunia yang berlangsung di Libya.
Di akhir 2009 dia diangkat menjadi amînul khutabâ, Ketua Dewan Khatib Jami’ Dakwah Islamiyyah Tripoli yang berhak menentukan para khatib dan pengisi di Masjid Dakwah Islamiyyah.
Dia juga aktif mengikuti dialog internasional bersama para pakar lintas agama, mengisi berbagai seminar, termasuk acara tsaqafah islâmiyyah di kanal At-Tawâshul TV Libya.
Awal tahun 2011 dia kembali ke Indonesia dan mengasuh Ponpes al-Qur’an al-Hikmah Lebak Bulus. Dua tahun kemudian dia berpindah ke Bekasi dan mendirikan Quantum Akhyar Institute, yayasan yang bergerak di bidang studi Islam dan pengembangan dakwah.
Demikian nasihat nasihat Ustadz Adi Hidayat terkait pembahasan mengenai mendoakan kejelekan untuk orang lain.