Jumat, 22 November 2024

Kasus Diabetes pada Anak Meningkat, Ini Temuan Terbaru Faktor-faktor Penyebabnya

Hot News

TENTANGKITA.CO – Kasus diabetes melitus tipe 1 pada anak meningkat drastis pada satu dekade terakhir, diduga ada patogen berupa virus hingga kontaminasi zat kimia yang menjadi penyebabnya, simak penjelasan lengkap dokter spesialis anak konsultan endokrinologi dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Aman Bhakti Pulungan.

Menurut IDAI, prevalensi kasus diabetes tipe 1 meningkat hingga 700 kali. Sedangkan dalam 10 tahun terakhir, sudah naik sekitar 70 kali, menurut dia. 

BACA JUGA4 Jenis Buah yang Baik Dikonsumsi Bagi Penderita Diabetes Berikut Penjelasannya!!

Menurut dia, adanya patogen, zat kimia, hingga pengaruh perubahan lingkungan karena pemanasan global bisa menjadi pencetus diabetes melitus. Selain itu, sebab utamanya adalah akibat pola hidup tidak sehat.

Menurut Aman Bhakti Pulungan, Enterovirus (Echovirus/EV) kini ditengarai memiliki potensi memicu kasus diabetes pada manusia.

“Beberapa virus tertentu seperti enterivirus sebagai penyakit tangan, kaki, dan mulut (hand, foot and mouth disease/HFMD) memiliki banyak tipe. Kalau Enterovirus sudah lama ditengarai sebagai pencetus diabetes,” katanya. 

BACA JUGARekrutmen CPNS 2023 INTIP 10 Formasi Favorit di Perekrutan Tahun Lalu, Kemenkum HAM dan Kejagung Jadi Incaran

Finlandia menurut dia memiliki kasus terbanyak Enterovirus pada anak. Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization/WHO) pada Jumat (7/7) mengumumkan sebanyak 26 bayi di sejumlah negara Eropa terinfeksi Enterovirus. Delapan dari bayi tersebut meninggal setelah gagal organ dan sepsis.

Kasus infeksi Enterovirus dilaporkan dari Kroasia, Prancis, Italia, Spanyol, Swedia, dan Inggris. Sebagian besar kematian dilaporkan dari Prancis. Kasus Enterovirus-11 diidentifikasi pada awal 2022. Setidaknya setengah dari 26 kasus dilaporkan sejak akhir musim semi 2023.

BACA JUGAKekurangan Vitamin D, Magnesium, Seng dan Kromium Juga Tingkatkan Risiko Diabetes Tipe 2

Faktor lain yang juga berisiko mempengaruhi diabetes tipe 1 pada rentang usia anak sejak lahir hingga 24 tahun adalah Endocrine Disruptor Chemical atau bahan kimia pengganggu endokrin.

“Sistem endokrin bisa terganggu karena kimia, polusi, hingga pemanasan global,” ujar dia. 

Akibatnya banyak anak mengalami pubertas lebih cepat, kasus anak dengan kanker meningkat dan anak mempunyai penis lebih kecil. 

Sejumlah negara di dunia saat ini mulai membatasi pemanfaatan bahan kimia yang memiliki kecenderungan mengganggu kesehatan. Misalnya China yang  menyusun daftar produk berbahan dasar kimia yang tidak boleh dipakai ulang. 

Dia mengatakan penelitian jurnal hewan di salah satu peternakan buaya di Amerika Serikat juga memperkuat kondisi itu dengan melaporkan terdapat pengaruh kontaminasi zat tertentu pada habitat peternakan yang memicu reproduksi buaya semakin berkurang.

BACA JUGA: Hati-hati Ya, Prevalensi Diabetes, Gagal Ginjal Kronis, dan Stroke di Indonesia Naik!

“Kok tambah sedikit buaya yang lahir karena tidak ada telurnya. Saat dilihat penis buayanya ternyata kecil. Di peternakan buaya di Florida dilihat, ternyata juga begitu keadaannya ada zat yang mengkontaminasi,” ujar dia. 

Aman mendorong pemerintah segera menyusun daftar Endocrine Disruptor Chemical dan dipublikasikan sebagai upaya mencegah dampak buruk pada kesehatan manusia.

List of Endocrine Disruptor Chemical ini harus kita waspadai dan share ke publik. Bukan hanya yang dimakan atau tersentuh kulit, perubahan cuaca dan CO2 juga bisa berpengaruh,” katanya.

BACA JUGA: Mahasiswa Unsoed Temukan Jamur untuk Turunkan Keparahan Covid-19 Komorbid Diabetes

Diabetes tipe 1 disebabkan karena gangguan endokrin saat tubuh tidak dapat menghasilkan hormon insulin secara optimal. Hal tersebut menyebabkan glukosa dalam darah tidak bisa masuk ke dalam sel tubuh, jadi tak bisa diolah menjadi energi untuk digunakan maupun dicadangkan oleh tubuh.

IDAI melaporkan prevalensi diabetes melitus tipe 1 pada anak di Indonesia berjumlah 1.249 pasien pada kurun 2017–2019. Tapi, prevalensi penyakit itu diprediksi lebih tinggi, karena kemungkinan kesalahan diagnosis ataupun tidak terdiagnosis.

Hal itu mengakibatkan jumlah anak dengan diabetes tipe 1 di Indonesia mengalami komplikasi diabetes serius (ketoasidosis diabetikum/DKA) saat terdiagnosis menjadi meningkat dari 63 persen pada 2015–2016 menjadi sebesar 71 persen pada 2017.

Temukan Artikel Viral kami di Google News
Artikel Terkait
Terpopuler
Terbaru

Pekan Ke-12 Liga Inggris Sabtu (23/11): Arsenal v Nott’m Forest

TENTANGKITA.CO, JAKARTA - Pekan ke-12 Liga Inggris pada Sabtu (23/11) akan menghadirkan sejumlah laga di antaranya tiga tim peringkat...